Surat Cinta Untuk Manusia Melalui Corona
Ada kata yang berangkai menjadi kalimat untuk menafsirkan hidup yang penuh dramatisasi ini. “Hidup bukan untuk hidup, hidup bukan untuk mati, tetapi mati adalah awal dari kehidupan. Mati bukan sekedar terpisahnya ruh dan jasad tetapi proses menemukan taman kehidupan yang hakiki lewat taman kematian”. Begitulah sejatinya hidup mengajarkan kematian untuk hidup. Namun tak sedikit manusia yang tertutup oleh hasrat yang membabi buta sehingga lupa akan tujuan hidup. Dipenghujung zaman telah terbukti betapa manusia melupakan Ilahi. Mungkin inilah alasan mengapa Allah SWT. Mengirim surat cintanya kepada manusia melalui corona. wallahu a’lam bis-shawab.
Surat cinta ini begitu mendebarkan jantung sejagat raya. Bahkan tak sedikit yang menukar nyawa akibat tak mampu melawan makna yang tersirat didalamnya. Manusia menyebutnya Pandemi Virus Covid-19. Negara-Negara superpower di Dunia kocar-kacir menghadapinya. Negara-Negara Islam tak lagi menemukan kedamaian ditempat ibadahnya. Yerusalem sunyi, Tembok ratapan dipagari, Ka’bah ditutup, shalat jumat dirumahkan, Umroh dibatalkan, dan bahkan shalat tarawih ramadhan mungkin juga bakal sepi.
Corona datang seolah-olah membawa pesan bahwa ritual itu rapuh, Bahwa hura-hara atas nama tuhan itu semu, bahwa simbol dan upacara itu banyak yang hanya menjadi topeng dan komoditi dagangan saja. Pernahka manusia sadar bahwa dibalik semua itu kita dipaksa mencari Tuhan.? Mencari Tuhan bukan hanya di Ka’bah, bukan di dalam gereja, bukan di mimbar khotbah, bukan dimajelis taklim, bukan dalam misa minggu, dan bukan pula dalam sholat jumat.
Melainkan pada kesendirian kita, pada mulut yang terkunci, pada hakikat yang senyap, dan pada keheningan yang bermakna. Sujudlah seolah engkau akan mati esok dan berjuanglah seolah engkau akan hidup selamanya. Tuhan mengajarkan melalui corona bahwa Tuhan tidak melulu pada keramaian, tidak melulu pada ritual, melainkan pada jalan keputus asaan dengan dunia yang berpenyakit.
Di tengah musibah ini. Mestinya kita perlu merenung lebih banyak dibanding mengeluh. Menjamah hati dan fikiran kita yang selama ini jarang kita kunjungi akibat ketergesaan dalam menjalani kehidupan. Semoga dengan demikian, kita bisa menemukan hal baik dari kejadian paling buruk sekalipun. Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya
Keren tulisan nya bang,tercakup makna penyadaran bagi yang ingin sadar
BalasHapusalhamdulillah,terima kasih banyak Bang.itulah yang diharapkan kita sebagai penulis jika tulisannya mampu bermanfaat untuk khalayak ramai.sebelumnya salam literasi Bang.
Hapus